Dalamsejarahnya terdapat hal yang dapat dipelajari dalam kehidupan masyarakat kerajaan tarumanegara baik dalam hal bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Adapun penjelasan dari berbagai bidang kehidupan masyarakat kerajaan tarumanegara adalah: 1. Bidang Ekonomi. Berdasarkan Prasasti Tugu disebutkan bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Mungkinmasih banyak kisah kelam yang tidak tercatat dalam sejarah Kerajaan Mataram pada waktu itu Sunan Amangkurat 1 meninggal pada tahun 1677, ketika itu beliau melarikan diri dari istana Keraton Pleret karena terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Trunojoyo dari wilayah Madura Dia berpura-pura sakit Bahkan nasibnya tak seindah akhir kisah selir Maha Vajiralongkorn, Sineenat Kisah Jelaskankehidupan politik kerajaan sunda! - 33604784. ditopranaya1234 ditopranaya1234 27.09.2020 Akibat sumber-sumber sejarah yang terbatas, aspek kehidupan politik tentang Kerajaan Sunda/Pajajaran hanya sedikit saja yang diketahui. Aspek kehidupan politik yang diketahui terbatas pada perpindahan pusat pemerintahan dan pergantian takhta KerajaanBanten berawal ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1526, pasukan Demak, dibantu Sunan Gunung Jati dan puteranya, Hasanuddin, menduduki pelabuhan Sunda, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan dari kerajaan Pajajaran, dan kota Banten Girang.Pasukan Demak mendirikan kerajaan Banten yang tunduk pada Demak, dengan Hasanuddin sebagai raja pertama. KehidupanKerajaan Pajajaran - Web Forum Alumni PPSP IKIP Padang - Punya Tulisan atau Artikel - cangkok.info. ilmu di kerajaan Pajajaran-Pasundan Panjang sekitar 100 Km dengan lebar bervariasi 8 s/d 28 Km. KEPENDUDUKAN Kok urang gaek dulu (founding father) kito bantuak Bung Hatta, Bung Karno, singkat ditambah dengan kursus teknik potography di dunia jurnalis, Mulai dari Limo kerajaan Vay Nhanh Fast Money. Pada kesempatan kali ini artikel yang kami sajikan mengupas tentang kehidupan sosial – politik kerajaan Pajajaran. Bermula dari kehidupan masyarakat pajajaran pada saat itu yang beragam profesi, hingga raja-raja yang memerintah di kerajaan Pajajaran, puncak keemasan kerajaan Pajajaran sampai keruntuhan kerajaan Pajajaran. Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman pemain gamelan, penari, dan badut, golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat tukang copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang pada abad ke 8-16. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran, antara lain Sri Baduga Maharaja 1482 – 1521, bertahta di Pakuan Bogor sekarang Surawisesa 1521 – 1535, bertahta di Pakuan Ratu Dewata 1535 – 1543, bertahta di Pakuan Ratu Sakti 1543 – 1551, bertahta di Pakuan Ratu Nilakendra 1551-1567, meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya, Maulana Yusuf Raga Mulya 1567 – 1579, dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari PandeglangMaharaja Jayabhupati Haji-Ri-Sunda Rahyang Niskala Wastu Kencana Rahyang Dewa Niskala Rahyang Ningrat Kencana Sri Baduga MahaRaja Hyang Wuni Sora Ratu Samian Prabu Surawisesa dan Prabu Ratu Dewata. Prabu Siliwangi – Raja Pertama Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan yang berjaya di abad ke-7 hingga abad ke-16 Masehi. Lokasi kerajaan ini tepatnya berada di wilayah Bogor, Jawa Barat. Selama berdiri, Kerajaan Pajajaran pernah dipimpin oleh 10 orang raja. Raja pertama yang juga pendiri Kerajaan Pajajaran adalah Prabu Siliwangi, yang dikenal dengan gelar Sri Baduga Maharaja. Prabu Siliwangi mendirikan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1482. Terhitung sejak tanggal tersebut hingga 39 tahun setelahnya, ia menjadi raja pertama kerajaan di tanah parahyangan ini. Di tangannya, Kerajaan Pajajaran menjadi kerajaan yang makmur dan banyak menjalin kerja sama dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara. Sang Raja Pertama Kerajaan Pajajaran Nama β€œPrabu Siliwangi” sebenarnya bukan nama asli sang raja Kerajaan Pajajaran ini. Sebutan β€œPrabu Siliwangi” muncul karena pada saat itu masyarakat Kerajaan Pajajaran dilarang menyebut nama atau gelar raja mereka fakta ini tercatat dalam literatur Sunda. Konon, hanya orang Sunda dan orang Cirebon saja yang memanggilnya dengan julukan Prabu Siliwangi. Adapun nama aslinya tidak bagi sang raja pertama Kerajaan Pajajaran ini diambil dari nama kakeknya yang biasa disebut sebagai Prabu Wangi nama aslinya adalah Wastu Kancana. Penggunaan nama yang serupa ini berarti bahwa Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi dianggap memunyai kekuasaan yang setara dengan kakeknya, Prabu Wangi atau Wastu Kancana. Di masa mudanya, Prabu Siliwangi sang pendiri Kerajaan Pajajaran dikenal sebagai seorang ksatria yang tangguh, tangkas, dan berani. Ia pernah menikahi seorang puteri bernama Nyai Amberkasih, tetapi kemudian ia menikahi Nyi Subanglarang yang beragama Islam. Dari istri keduanya inilah Prabu Siliwangi mendapatkan dua orang anak Prabu Anom Walangsungsang dan Nyi Mas Rarasantang. Setelah menjadi Sri Baduga Maharaja Kerajaan Pajajaran, ia kemudian menikahi Nyai Kentring Manik Mayang Sunda, seorang puteri Kerajaan Galuh. Dengan demikian, pernikahan ini membuka jalan bagi bersatunya dua kerajaan di Jawa Barat, yakni Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran. Sesungguhnya dahulu, kedua kerajaan ini adalah satu kerajaan warisan Wastu Kancana. Akan tetapi sehubungan dengan pertikaian antar-anggota kerajaan, kerajaan ini pun terpecah dua. Di akhir masa kepemimpinannya, sang raja Kerajaan Pajajaran ini konon melakukan moksa, menghilang secara gaib. Isu ini berkembang karena tidak ditemukannya pusara Prabu Siliwangi. Beberapa sumber mengatakan bahwa Prabu Siliwangi menolak untuk menganut agama Islam yang saat itu sedang berkembang di wilayah Kerajaan Pajajaran dan mengasingkan diri ke Gunung Gede. Di sanalah ia moksa. Akan tetapi, sumber-sumber lain mengatakan bahwa Prabu Siliwangi tidaklah moksa, dan pusara yang ada di Situs Rancamaya adalah pusara sang Sri Baduga Maharaja. Puncak Kejayaan/ Keemasan Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran masyarakat. Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan. Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh pertahanan ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian kaputren, kesatriaan asrama prajurit, pagelaran bermacam-macam formasi tempur, pamingtonan tempat pertunjukan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan. Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan dan Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun tak kurang yang musnah termakan jaman. Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui bahwa Sri Baduga telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena Wijaya; memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan. Keruntuhan Kerajaan Pajajaran Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana singgahsana raja, dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman. Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di wilayah yang mereka namakan Cibeo Lebak Banten. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy. Menurut Carita Parahyangan, kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 669 591 saka. Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Kerajaan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir Sri Maharaja Linggawarman tahun 666-669, memiliki dua anak, semuanya perempuan. Dewi Manasih putri sulungnya menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua Sobakancana Daputa Hyang Sri Janayasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, juga bawahan kerajaan Tarumanagara, bernama Wretikandayun 612-702 memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mendiri. Tarusbawa memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan, tempat dimana sungai Ciliwung dan Cisadane berdekatan dan berjajar, sedangkan Tarumanagara menjadi kerajaan bawahannya. Batas antara Sunda dan Galuh ini adalah sungai Citarum Sunda disebelah Barat, Galuh disebelah Timur. Pada masa pemerintahan Sana raja ketiga Galuh, saudara seibu Sana yang bernama Purbasora melakukan kudeta, Sana meminta bantuan Tarusbawa. Atas bantuan Tarusbawa, Sanjaya berhasil merebut kembali tahta di Galuh. Hubungan baik ini berlanjut menjadi hubungan kekeluargaan, putra Sana, Sanjaya menikahi putri Tarusbawa. Sepeninggal Tarusbawa, Sanjaya menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Galuh. Ketika ia kembali ke Mataram untuk meneruskan tahta ibunya Sanaha, Sanjaya menyerahkan Sunda dan Galuh kepada seorang putranya. Dalam prasasti Sang Hyang Tapak yang ditemukan di daerah Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat berangka tahun 1030 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno dan huruf Kawi, disebutkan seorang raja bernama Maharaja Sri Jayabhupati dan berkuasa di Prahajyan Sunda atau sebutan lain dari kerajaan Sunda/Pajajaran, bukan sebuah kerajaan sendiri. Prasasti ini menyebutkan adanya pemujaan terhadap tapak kaki. Terlihat juga bahwa Raja Jayabhupati memeluk agama Hindu aliran Siwa. Hal ini jelas ditunjukan oleh gelarnya yaitu Wisnumurti. Raja Jayabhupati digantikan oleh Rahyang Niskala Wastukencana, dan kemudian baru disebut-sebut nama Raja Sri Baduga Maharaja, yang dalam kitab Pararaton diceritakan terlibat dalam perang Bubat denga kerajaan majapahit pada tahun 1357. Raja Pajajaran berikutnya adalah Prabu Ratu Dewata memerintah 1535 – 1543. Pada masa pemerintahannya terjadi serangan dari Banten kerajaan bawahan Sunda yang telah bercorak Islam, si bawah pimpinan Maulana Hassanudin. Serangan berikutnya masih dari Kerajaan Banten, kali ini dipimpin oleh Maulana Yusuf, pada tahun 1579. Serangan ini mengakhiri riwayat kerajaan Sunda pajajaran, yang disimbolkan dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana singgasana raja dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pajajaran tidak dimungkinkan lagi penobatan raja baru, serta menandakan bahwa Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah buyut perempuannya adalah putri Sri Baduga Maharaja, raja Sunda. Singgasan tersebut saat ini bisa kita jumpai di depan bekas keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, yang berarti mengkilap atau berseri. Konon, saat ditaklukn Banten sejumlah Punggawa kerajaan Pajajaran meninggalkan Istana dan menetap di daerah menerapkan tata cara kehidupan Mandala yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang baduy mereka menyebut dirinya urang kanekes atau orang kanekes. Meski demikian, kebenaran asal muasal orang baduy sebagai bekas punggawa istana Pajajaran masih menjadi kontroversi. sumber ratna hapsari m adil. sejarah indonesia SMA/MA kelas X. ERLANGGA Pajang mengalami masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya/Jaka Tingkir. Rakyat hidup makmur dan sejahtera karena sikap pemimpinnya yang adil,tegas dan bijaksana. Kehidupan perekonomian masyarakatnya juga menurut saya, maaf bila salah Kerajaan Pajajaran atau disebut Kerajaan Sunda, merupakan Kerajaan bercorak agama Hindu. Letak Kerajaan Pajajaran di Parahyangan Sunda, dengan Ibu Kota di Pajajaran. Dikenal juga dengan sebutan Pakuan Pajajaran. Kata pakuan atau pakuwan berarti kota. Disebut Pakuan Pajajaran karena pada masa itu, orang Asia terbiasa menyebut kerajaan dengan nama ibu kotanya. Maka dari itu disebut Pakuan Pajajaran atau Kota Pajajaran. Kerajaan Sunda dibangun sejak tahun 923 oleh Sri Jayabuphati. Sedangkan Pakuan Pajajaran resmi diakui sebagai kerajaan saat Jayadewata naik tahta pada tahun 1482 dengan gelar Sri Baduga Maharaja. Sejarah Kerajaan Pajajaran banyak dikisahkan di banyak kitab cerita, pantun kisah babad, dan prasasti – prasasti peninggalan Kerajaan ini. Dan berakhir di tahun ini munus merangkum untuk Anak Nusantara, mengenai Sejarah Kerajaan Pajajaran, Letak nya, Silsilah Kerajaan , Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran dan masih banyak lagi. Mari simak artikel berikut Letak Kerajaan PajajaranSumber Sejarah Kerajaan PajajaranNaskah-NaskahPrasasti Sumber Sejarah Lain meliputiSejarah Kerajaan PajajaranSilsilah Kerajaan PajajaranMasa Kejayaan PajajaranRuntuhnya Kerajaan PajajaranPeninggalan Kerajaan PajajaranJika Anak Nusantara pernah ke daerah Bogor. Disitulah Letak Kerajaan Pajajaran, yang dulu merupakan sebuah daerah bernama Pakuan. Dikisahkan oleh Bujangga Malik, Letak Kerajaan dibatasi oleh Sungai Cimapali atau sekarang bernama Kali Pemali. Bagian barat adalah Selat Sunda. Bagian utara dibatasi Pantai Utara Jawa sampai Brebes, dan untuk wilayah selatan wilayahnya dibatasi oleh Laut Selatan atau Samudera Hindia. Artikel TerkaitIlustrasi Kerajaan Pajajaran pada Masa Jaya, foto oleh metropolitan,idCatatan Tome Pires juga mengisahkan bahwa Letak Kerajaan ini adalah seluruh wilayah jawa barat saat ini. Selain itu juga disebutkan letak Kerajaan Pajajaran juga meliputi wilayah Jawa Sejarah Kerajaan PajajaranSetiap kejayaan sebuah kerajaan tentunya memiliki peninggalan-peninggalan. Peninggalan tersebut tentunya menjadi sumber sejarah, termasuk kerajaan ini. Selain itu terdapat naskah-naskah kuno, dan sumber sumber lain. Adapaun sumber Sejarah Kerajaan Pajajaran antara lainNaskah-Naskah Babad Pajajaran Carita Parahiangan Carita Waruga Guru Carita Kidung SundayanaPrasasti Prasasti Batu Tulis, Bogor Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi Prasasti Rakyan Juru Pengambat Prasasti Horren Prasasti AstanageneSumber Sejarah Lain meliputi Tugu Perjanjian Portugis, Kampung Tugu, Jakarta Taman Perburuan, sekarang menjadi Kebun Raya Bogor Berita asing dari Tome Pires 1513 Berita asing dari Pigafetta 1522Sejarah Kerajaan PajajaranSebelum kerajaan berdiri, terdapat beberapa kerajaan yang sudah ada di wilayah Jawa Barat. Seperti Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Kawali. Kerajaan tersebut juga merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan sejarah kerajaan ini didirikan pada tahun 923 oleh Sri Jayabuphati sebagaimana tertulis di Prasasti Sang Hyang Tapak di desa Bantar Muncang dan Pancilakan dari melemahnya Kerajaan Majapahit, anggota kerajaan dan rakyatnya mengungsi ke Kerajaan Galuh, yang teletak di Kuningan, Jawa Barat, di masa pemerintahan Raja Dewa Niskala. Pada saat itu, Raja Dewa Niskala menerima dengan tangan terbuka para pengungsi Kerajaan Majapahit. Raja Dewa Niskala juga sempat jatuh cinta dan memperistri salah satu pengungsi dari rombongan Raden pernikahan Raja Dewa Niskala dengan pengungsi dari Kerajaan Majapahit mendapat penolakan dari Raja Susuktunggal, saudara kandungnya yang juga Raja Kerajaan Galuh. Karena Raja Dewa Niskala telah melanggar peratutan turun temurun yaitu dilarangnya pernikahan antara Orang Sunda-Galuh dilarang menikah dengan orang keturunan Majapahit. Terjadilah pertikaian antara Raja Dewa Niskala dan Raja kerajaan mendamaikan keduanya, dengan hasil kedua raja tersebut harus turun tahta, dan digantilah Jayadewata atau Prabu Siliwangi, putra dari Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal. Akhirnya Jayadewata menyatukan kedua kerajaan menjadi Pajajaran. Sejak tahun 1475 lah Kerajaan Sunda ini resmi dibentuk. Silsilah Kerajaan PajajaranBerikut adalah silsilah Kerajaan Pajajaran dan sedikit penjelasannyaSri Baduga Maharaja 1482 – 1521, raja pertama Pajajaran, sekaligus pendiri kerajaan. Saat itu pusat pemerintahan berada di Pakuan. Meskipun menjadi raja pertama, beliau sudah bisa merengkuh kejayaan Pajajaran. Nama tenarnya adalah Prabu Siliwangi. Sang Prabu saat itu berhasil memakmurkan kehidupan kerajaan, salah satunya adalah dengan membangun jalan utama yang menghubungkan antara Pakuan dan Wanagiri. Beliau juga membuat Talaga Maharena Wijaya untuk pengairan pertanian 1521 – 1535, menjabat selama 14 tahun dan masih berpusat di Pakuan. Pada saat itu kejayaan kerajaan masih Dewata 1535 – 1543, hanya menjabat selama 8 tahun. Beliau masih dalam satu garis keturunan Baduga Maharaja. Selama kepemimpinannya sudah mulai timbul gejolak kejayaan kerajaan. Pemerintahannya mulai kacau, ditambah saat sedang kacau beliau malah memilih meninggalkan jabatanya menjadi Sakti, bertahta di Pakuan, 1543 – 1551. Beliau juga sangat sebentar menjabat menjadi raja. Selama pemerintahanya tidak terlihat pembaikan keadaan kerajaan. Sifat buruknya adalah menghambur-hamburkan kekayaan kerajaan dan bermain wanita. Ratu Nilakendra 1551-1567, Kerajaan mulai terlihat keruntuhannya. Diketahui saat masa jabatannya Ratu Nilakendra sempat kabur karena serangan dari Maulana, yaitu anak dari Sunan Gunung Jati. Silsilah Kerajaan yang terakhir, Raga Mulya 1567 – 1579, bertahta selama 12 tahun, dengan pusat di Pandeglang. Beliau dikenal dengan Prabu Surya Kencana. Sama seperti Ratu Nilakendra, Raga Mulya juga memiliki sifat buruk yang menonjol, sering sekali mabuk-mabukkan. Dari sifatnya itu membuat keadaan kerajaan semakin kacau. Tercatat Raga Mulya adalah Raja terakhir Pajajaran. Kerajaan ini berhasil ditaklukan oleh Maulana Yusuf dari Banten. Kemudian Maulana Yusuf sempat jadi raja,namun dengan atas nama kerajaan Sunda yang selanjutnya menjadi Kerajaan Kejayaan PajajaranBerbeda dengan kerajaan lain, yang berjaya pada kepemimpinan raja-raja kesekian. Masa Kejayaan Kerajaan Sunda ini justru kebalikannya. Selama kerajaan ini berdiri, masa jayanya adalah pada awal-awal dibangun. Yakni pada masa Sri Baduga Maharaja, atau Prabu Siliwangi. Beliau berhasil membawa Masa Kejayaan Pada Kerajaan Ini. Segala aspek beliau kembangkan, dari perekonomian, pertahanan, bahkan sampai aspek Siliwangi berhasil membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, mebangun jalan utama yang menghubungkan Ibukota Pakuan dan Wanagiri. Pemperkuat pertahanan kerajaan, membuat pertunjukan, menyusun undang-undang kerajaan. Dari segi spiritual beliau sengaja membuat sebuah desa khusus pendeta, ini bertujuan agar kehidupan beragama berjalan tersebut merupakan masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran, yang tentunja membuat rakyatnya semakin nyaman dan Juga Kerajaan Banten Sejarah, Nama Raja, dan PeninggalanRuntuhnya Kerajaan PajajaranRuntuhnya Kerajaan ini disebabkan oleh serangan dari Kesultanan Banten pada tahun 1579. Berakhirnya kerajaan ini ditandai dengan diboyongnya singgahsana raja yang disebut Palangka Sriman Sriwacana, berupa batu berukuran 200x160x20 cm. Singgahsana ini dipindahkan dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana ini dilakukan atas dasar tradisi politik, agar di Pakuan Pajajaran tidak ada penerus raja baru. Hal ini juga pertanda bahwa kekuasaan Sunda saat itu sudah berpindah tangan ke Maulana Yusuf sebagai pemegang kekuasaan tahta. Peninggalan Kerajaan PajajaranDari masa kejayaan sampai masa runtuhnya Kerajaan ini tentunya memiliki peninggalan-peninggalan sebagai bukti eksistensinya pada masa itu. Berikut Ini adalah rangkuman peninggalan Kerajaan Pajajaran berupa prasasti Prasasti Cikapundung, ditemukan tahun 2010, diduga berasal dari abad ke 14. Prasasti ini berisikan tulisan sunda kuno dan terdapat beberapa gambar telapak tangan, kaki dan wajah. Tulisan di prasasti peninggalan Kerajaan Pajajaran ini berarti, β€œSemua manusia di dunia ini dapat mengalami suatu apapun. Prasasti Huludayeuh, terletak di Kampung Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Sumber, Cirebon. Menceritakan kebijakan Sri Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata untuk memakmurkan rakyatnya. Prasasti Pasir Datar, disimpan di Museum Nasional. Prasasti ini belum bisa diterjemahkan isinya karena kondisinya tidak utuh. Peninggalan Kerajaan Pajajaran ini ditemukan tahun 1872, di daerah Pasir Datar, Cisande, Perjanjian Sunda Portugis, ditemukan tahun 1918 di Jakarta. Dibuat untuk perjanjian antara Portugis dan Pajajaran, yang diwakili oleh Enrique Leme. Prasasti Ulubelu, ditemukan tahun 1936, di Lampung, daerah Ulubelu. Meskipun prasasti ini ditemukan di daerah Sumatera, diduga prasasti ini termasuk Peninggalan Kerajaan Pajajaran abad 15, karena terbukti menggunakan bahasa Sunda Kebon Kopi 2,tahun 932 M, ditemukan di dekat lokasi Prasasti Pasir Datar atau Prasasti Kebon Kopi 1. Ditemukan pada abad 19. Haiii sahabat Tailneko, mumpung sekarang sekolah udah FULLDAY, libur jadi dua hari deh! Maka dari itu, saya bisa luangin waktu untuk share ilmu lebih ke kalian. Kali ini, saya akan membagikan materi sejarah dan kehidupan mengenai Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Melayu lengkap dan ringkas. Jadi, kalian ga usah deh ribet-ribet cari materi sejarah yang buanyaknya minta ampun itu. Download PPT Enjoy!!! KERAJAAN PAJAJARAN Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran Bogor di Jawa Barat yang terletak di Parahyangan Sunda. Kata Pakuan sendiri berasal dari kata Pakuwuan yang berarti kota. Sejarah menyebutkan bahwa awal berdirinya Kerajaan Pajajaran ini adalah pada tahun 923 dan pendirinya adalah Sri Jayabhupati. Bukti-bukti ini didapat dari Prasasti Sanghyang berumur 1030 Masehi yang ada di Suka Bumi. A. Kehidupan Politik Akibat sumber-sumber sejarah yang terbatas, aspek kehidupan politik tentang Kerajaan Sunda/Pajajaran hanya sedikit saja yang diketahui. Aspek kehidupan politik yang diketahui terbatas pada perpindahan pusat pemerintahan dan pergantian takhta raja. Daftar Raja Sri Baduga Maharaja 1482 – 1521 Surawisesa 1521 – 1535 Ratu Dewata 1535 – 1543 Ratu Sakti 1543 – 1551 Ratu Nilakendra 1551-1567 Raga Mulya 1567 – 1579 Jayabhupati Rahyang Niskala Wastu Kencana Rahyang Dewa Niskala Rahyang Ningrat Kencana Sri Baduga MahaRaja Hyang Wuni Sora Ratu Samian Prabu Surawisesa Prabu Ratu Dewata Puncak Kejayaan Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan. Sang Maharaja membuat talaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Memperteguh pertahanan ibu kota, memberikan desa kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat pagelaran bermacam-macam formasi tempur, pamingtonan tempat pertunjukan, memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan. Perpindahan Pusat Pemeritahan Kerajaan Galuh Prasasti Canggal yang ditemukan di Gunung Wukir, Jawa Tengah tahun 732 M dibuat oleh Sanjaya dan menyebutkan bahwa Sanjaya adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja Sanna yang berkuasa di Kerajaan Galuh. Agama yang berkembang pada masa Kerajaan Galuh adalah Hindu Syiwa. Hal itu dinyatakan dengan jelas pada Prasasti Canggal. Pusat Kerajaan Prahajyan Sunda Prasasti Sahyang Tapak yang ditemukan di Pancalikan dan Bantarmuncang daerah Cibadak, Sukabumi menyebutkan bahwa pada tahun 1030 Jayabhupati membuat daerah larangan di sebelah timur Sanghyang Tapak berupa sebagian sungai yang siapa pun dilarang mandi dan menangkap ikan di dalamnya. Siapa pun yang melanggar larangan akan terkena kutukan yang mengerikan, misalnya akan terbelah kepalanya, terminum darahnya, atau terpotong-potong ususnya. Pusat Kerajaan Kawali Menurut prasasti di Astanagede Kawali, diketahui bahwa setidak-tidaknya pada masa pemerintahan Rahyang Niskala Wastu Kancana pusat kerajaan sudah berada di situ. Istananya bernama Surawisesa. Raja telah membuat selokan di sekeliling keraton dan mendirikan perkampungan untuk rakyatnya. Pusat Kerajaan Pakuan Pajajaran Setelah Raja Rahyang Ningrat Kancana jatuh, takhtanya digantikan oleh putranya, Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja. Ia menjalankan pemerintahan berdasarkan kitab hukum yang berlaku sehingga terciptalah keadaan aman dan tenteram, tidak terjadi kerusuhan atau perang. Pada masa itu, penduduk Kerajaan Sunda sudah ada yang memeluk agama Islam. B. Kehidupan Ekonomi Pertanian merupakan kegiatan mayoritas rakyat Sunda. Berdasarkan kitab Carita Parahyangan dapat diketahui bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Sunda umumnya bertani, khususnya berladang berhuma. Kerajaan Sunda-Pajajaran memiliki setidaknya enam pelabuhan penting Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa, dan Cimanuk. Setiap pelabuhan ini dikepalai oleh seorang syahbandar yang bertanggung jawab kepada raja. Para syahbandar ini bertindak sebagai wakil raja di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasainya, sekaligus menarik pajak dari para pedagang yang ingin berjualan di daerah ini berupa kiriman upeti berwujud barang dagangan yang mahal atau uang. Dalam hal transportasi air, selain melalui laut, dilakukan pula melalui sungai-sungai besar seperi Citarum dan Cimanuk, sebagai jalur perairan dalam negeri. Meskipun pusat kekuasan Kerajaan Sunda berada di pedalaman, namun hubungan dagang dengan daerah atau bangsa lain berjalan baik. Di kota-kota pelabuhan Pajajaran diperdagangkan lada, beras, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan piaraan. C. Kehidupan Sosial-Budaya Berdasarkan kitab Sanghyang Siksakandang Karesian, kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Sunda dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut. Kelompok Rohani dan Cendekiawan Kelompok rohani dan cendekiawan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan di bidang tertentu. Misalnya, brahmana yang mengetahui berbagai macam mantra. 2. Kelompok Aparat Pemerintah Kelompok masyarakat sebagai alat pemerintah negara, misalnya bhayangkara bertugas menjaga keamanan, prajurit tentara, hulu jurit kepala prajurit. 3. Kelompok Ekonomi Kelompok ekonomi adalah orang-orang yang melakukan kegiatan ekonomi. Misalnya, juru lukis pelukis, pande mas perajin emas, pande dang pembuat perabot rumah tangga, pesawah petani, dan palika nelayan. Kehidupan masyarakat Kerajaan Sunda adalah peladang, sehingga sering berpindah-pindah. Oleh karena itu, Kerajaan Sunda tidak banyak meninggalkan bangunan yang permanen, seperti keraton, candi atau prasasti. Candi yang paling dikenal dari Kerajaan Sunda adalah Candi Cangkuang yang berada di Leles, Garut, Jawa Barat. Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Hasil budaya masyarakat Kerajaan Sunda berupa karya sastra, baik tulis maupun lisan juga jenis-jenis batik. Bentuk sastra tulis, misalnya Carita Parahyangan; sedangkan bentuk satra lisan berupa pantun, seperti Haturwangi dan Siliwangi. KERAJAAN MELAYU Kerajaan Melayu merupakan sebuah kerajaan Buddha yang berada di Pulau Sumatera, tepatnya di Pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas. Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari. A. Kehidupan politik Daftar raja 1183 – Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa 1286 – Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa 1316 – Akarendrawarman 1347 – Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa 1375 -Ananggawarman Kerajaan Melayu mencapai puncak perkembangan pada masa pemerintahan Adityawarman. Wilayah kekuasaan nya mencakup seluruh pantai timur Sumatra. Hingga tahun 1347 M, Adityawarman memperluas wilayah kerajaan nya sampai Pagaruyung, Sumatra Barat. Perpindahan pusat pemerintahan Pada abad ke-7 berpusat di Minanga, Pada abad ke-13 berpusat di Dharmasraya, dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung. Pada tahun 692 M, Kerajaan Melayu ditaklukan Sriwijya. Namun, pada tahun 1275, kerajaan ini pulih kembali dengan menguasai Sriwijaya serta perdagangan di Selat Malaka. Raja Kertanegara dari Singasari melakukan Ekspedisi Melayu untuk menjalin persahabatan serta menggalang kekuatan militer bersama untuk membendung kemungkinan serangan dari bangsa Mongol. B. Kehidupan ekonomi Kerajaan Melayu memegang peranan penting dalam dunia pelayaran dan perdagangan antara India dan Cina dengan daerah-daerah Indonesia bagian Timur. C. Kehidupan sosial budaya Beberapa benda arkeologis yang ditemukan menunjukkan bahwa telah berlangsung aktifitas masyarakat yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan benda-benda keramik juga membuktikan bahwa penduduk Kerajaan Melayu telah hidup dengan tingkat budaya yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, mereka merupakan masyarakat yang religius. Penduduk Kerajaan Melayu sebagian besar memeluk agama Buddha. Seorang pendeta dari India bernama Dharmapala didatangkan untuk mengajarkan agama ini. Sumber http///

kehidupan politik kerajaan pajajaran