Kebudayaanadalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang untuk memahami dan menginterpretasi segala tingkah laku manusia. Kebudayaan tidak bisa lepas dari manusia, karena segala tingkah laku manusia merupakan kebudayaan kali ini kita akan mengenal Kebudayaan Papua . 1. Letak geografis. 2. Mengenal Sistem upacara keagamaan. 3.
Berikutadalah beberapa jenis RAM : 1. DRAM (Dynamic Random Access Memory) a. jenis RAM yang menyimpan setiap bit data yang terpisah dalam kapasitor dalam satu sirkuit terpadu. b. Data yang terkandung di dalamnya harus disegarkan secara berkala oleh CPU agar tidak hilang.
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu.
ilustrasi oleh Rumah adat papua antara lain rumah honai, rumah ebai, rumah wamai, rumah kawari, dan rumah rumsram. Penjelasan beserta gambarnya dalam artikel ini. Indonesia adalah negara yang kaya akan ragam adat dan kebudayaannya. Masing-masing daerah memiliki ciri khas adat dan kebudayaan yang membedakannya dengan daerah lainnya, salah satunya adalah Papua. Daerah papua memiliki rumah adat yang unik-unik dimana berasal dari keberagaman setiap sukunya. Dari segi arsitektur, rumah adat Papua memiliki bentuk yang indah sehingga tak jarang banyak wisatawan local maupun mancanegara datang ke Papua untuk menikmati keindahan rumah adat-adat Papua atau sekedar menghabiskan waktu liburan disana. Daerah Papua memiliki wilayah paling luas jika dibandingkan dengan daerah lainnya, Hal ini tak khayal kalau Papua memiliki etnik budaya yang lebih bervariasi di setiap sukunya. Selain itu, masyarakat Papua juga masih menjunjung tinggi dan melestarikan warisan adat istiadat suku dari para nenek moyangnya. Rumah Adat Papua1. Rumah Adat Honai2. Rumah Ebai3. Rumah Wamai4. Rumah Kariwari5. Rumah Rumsram Rumah adat Papua memiliki bentuk dan makna yang berbeda karena material yang digunakan pun tak sama. Bentuk yang berbeda inilah yang membuat Papua semakin eksotik dan bermacam-macam. Berikut ini adalah beberapa nama rumah adat Papua lengkap dengan penjelasannya. 1. Rumah Adat Honai rumah adat Hanoi Rumah adat yang pertama adalah Honai. Honai adalah rumah adat Papua yang menjadi tempat tinggal suku Dani. Pada umumnya, Honai ditinggali oleh laki-laki dewasa. Istilah Honai berasal dari kata “hun” atau laki-laki dan “ai” yang berarti rumah. Rumah Hanoi biasanya banyak ditemui di sekitar lembah dan pegunungan. Dinding rumah terbuat dari kayu dengan atap jerami yang berbentuk kerucut, menyerupai bentuk jamur. Bentuk atap seperti ini berfungsi untuk melindungi permukaan dinding dari air hujan, juga mengurangi hawa dingin dari lingkungan sekitar. Ciri khas rumah adat Hanoi tidak memiliki jendela dan hanya mempunyai satu pintu. Ketinggian rumah ini sekitar 2,5 meter dan memiliki lebar ruangan 5 meter, atau bisa dikatakan kategori sempit dengan luas seperti itu. Akan tetapi, luas yang sempit inilah bertujuan untuk menahan suhu dingin di daerah pegunungan loh. Dilengkapi dengan tempat api di bagian tengah membuat rumah ini semakin hangat. 2. Rumah Ebai rumah adat Ebai Rumah ebai berasal dari kata “ebe” yang artinya tubuh dan “ai” yang artinya rumah. Rumah ebai biasa digunakan untuk proses pendidikan anak perempuan yang akan menjadi ibu setelah menikah nanti. Ebai ditinggali oleh ibu-ibu, anak perempuan dan anak laki-laki. Akan tetapi, bagi anak laki-laki sudah menginjak usia dewasa akan pindah ke rumah Hanoi. Rumah Ebai mirip dengan honai, Namun memiliki ukuran yang lebih kecil. Letaknya berada di samping kanan atau kiri honai serta memiliki pintu tidak sejajar dengan pintu utama. 3. Rumah Wamai Wamai Wamai adalah tempat tinggal bagi hewan ternak peliharaan. Hewan yang biasa ternakan oleh suku-suku Papua adalh ayam, babi, anjing dan lain-lainnya. Wamai memiliki bentuk persegi, adapula yang memiliki bentuk lainnya bergantung pada besar dan banyaknya hewan yang dimiliki masing-masing keluarga. 4. Rumah Kariwari rumah adat Kariwari Rumah adat Kariwari adalah rumah adat Papua yang di tempati oleh suku Tobati-Enggros yang tinggal di tepi Danau Sentani, Jayapura. Rumah Kariwari adalah rumah khusus untuk laki-laki berusia 12 tahun dimana digunakan untuk mendidik anak-anak tersebut tentang kehidupan, pengalaman hidup dan cara mencari nafkah. Rumah ini memiliki bentuk segi delapan menyerupai limas dan memiliki atap berbentuk kerucut yang menurut kepercayaan masyarakat sebagai simbol mendekatkan diri kepada para leluhur. 5. Rumah Rumsram rumah adat Rumsram Rumah adat yang terakhir adalah Rumsram. Rumsram adalah rumah adat Papua dari suku Biak Numfor yang berada di pulau-pulau. Rumah ini ditempati oleh laki-laki yang mempunyai fungsi sama seperti kariwari untuk mendidik anak laki-laki dalam mencari pengalaman hidup dan mengajarkan tentang tanggung jawab yang kelak menjadi kepala keluarga. Rumah Rumsram memiliki bentuk persegi seperti rumah panggung dan beberapa ukiran di beberapa bagian dan pada bagian atas berbentuk seperti perahu terbalik yang memiliki filosofi sebagai gambaran dari mata pencaharian penduduk yang mayoritas berprofesi nelayan. Tinggi rumah Rumsram sekitar 6-8 meter. Demikian, penjelasan mengenai rumah adat Papua lengkap beserta gambar. Semoga Bermanfaat!
Rumah Adat Papua Barat Bentuk rumah penduduk di Provinsi Papua Barat sangat dipengaruhi alam lingkungannya. Ada perbedaan bentuk rumah tinggal antara suku bangsa yang menetap di pesisir dengan yang tinggal di pedalaman. Jenis rumah tradisional di Provinsi Papua Barat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rumah panggung dan bukan panggung. Rumah panggung biasanya banyak dijumpai di daerah pesisir pantai, rawa, bantaran sungai, dan dalam hutan. Sementara itu, rumah bukan panggung banyak ditemukan di wilayah pegunungan, dataran tinggi, dan lembah. Salah satu suku bangsa yang tinggal di Provinsi Papua Barat adalah suku bangsa Arfak. Suku bangsa Arfak secara tradisional tinggal di rumah tertutup yang hanya memiliki dua pintu, yaitu depan dan belakang, tanpa jendela. Bentuk rumahnya dibangun dengan konstruksi rumah panggung yang seluruhnya terbuat dari bahan kayu dan rumput ilalang sebagai atap. Rumah ini dinamai Mod Aki Aksa atau Igkojei. Rumah suku bangsa Arfak ini juga sering disebut rumah kaki seribu karena mempunyai tiang penyangga yang banyak. Rumah ini penghuninya terdiri atas empat sampai lima keluarga. Rumah tradisional ini sekarang hanya dapat dijumpai di kampung-kampung, pinggiran distrik pedalaman di bagian tengah Pegunungan Arfak. Rumah tradisional yang lain adalah rumah bujang dan rumah keluarga. Kedua jenis rumah ini mempunyai kesamaan. Kedua jenis rumah ini berbentuk persegi empat dengan sebuah ruangan besar di tengahnya. Kedua jenis rumah ini tergolong rumah panggung. Pada umumnya rumah bujang lebih besar dan lebih panjang ukurannya dibandingkan rumah keluarga. Rumah bujang didirikan di atas tiang-tiang batang sagu dengan tinggi sekitar 1,5 meter. Dindingnya terbuat dari batang sagu kecil. Lantainya ditutupi tikar yang terbuat dari daun sagu. Atapnya juga terbuat dari daun sagu. Rumah bujang, mempunyai dua bagian utama yang disebut aipmu, yaitu aipmu sene dan aipmu ep. Aipmu sene adalah bagian yang menghadap ke hilir, sedangkan yang mengarah ke hulu disebut aipmu ep. Rumah keluarga dihuni oleh 2-4 keluarga. Di dalam rumah ini terdapat bilik-bilik yang jumlahnya sebanyak keluarga yang menghuni rumah tersebut. Rumah tradisional lain adalah honei dan ebei. Kedua jenis rumah ini mempunyai konstruksi bulat dan terdiri atas dua lantai. Lantai bawah digunakan untuk perapian dan tempat berbincang anggota keluarga. Sementara itu, lantai atas digunakan untuk tidur. Lantai bawah ditutup dengan tumpukan rumput kering, sedangkan lantai atas dibuat dari batang-batang pohon.
Pakaian Adat Papua Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya - Provinsi Papua Barat merupakan provinsi pemekaran dari Provinsi Papua. Oleh karena itu, tata cara berpakaiannya tidak jauh berbeda dengan Provinsi Papua. Perbedaan yang mencolok justru antar kelompok masyarakat yang bermukim di daerah pegunungan pedalaman dengan masyarakat yang bermukim di daerah pantai. Pakaian Adat Papua Barat Secara umum, dari beragam cara berpakaian dan merias diri masyarakat Papua dapat dikategorikan sebagai berikut. Kategori pertama, pemakaian koteka, yokel dan sali. Jenis pakaian adat ini masih digunakan hingga sekarang. Kategori kedua, kelompok masyarakat yang menggunakan cawat kulit kayu sebagai pakaian tradisional. Saat ini penggunaan pakaian tradisional dari kulit kayu sudah sangat langka, pakaian seperti itu biasanya hanya dipakai pada saat pelaksanaan upacara-upacara adat. Kategori ketiga, Penggunaan pakaian tradisional kulit kerang yaitu penduduk pesisir pantai. Selanjutnya kategori keempat, pemakaian pakaian rumbai-rumbai yang dibuat dari daun sagu maupun dari kulit kayu yang dihaluskan. Kemudian, bahan tersebut dianyam menjadi rok rumput. Pakaian rumbai-rumbai ini biasanya dipakai oleh kaum wanita. Karena luasnya daerah sebaran suku-suku bangsa di Provinsi Papua Barat, maka pakaian tradisional akan kita bahas secara garis besarnya saja. Secara umum pakaian yang dikenakan sehari-hari sangat sederhana. Baik laki-laki maupun perempuan mengenakan cawat. Cawat terbuat dari kulit kayu atau kulit pohon pisang. Kaum laki-laki mengenakan perhiasan berupa untaian manik putih yang dipasang bersilang di dada. Hiasan tersebut disebut sarew. Sumber Various sources from Search Google Image Indonesia. Di daerah pedalaman masih sering dijumpai penduduk yang memakai koteka. Koteka sering juga disebut holim. Koteka adalah penutup alat kelamin pria yang terbuat dari kalabasah. Kalabasah adalah sejenis labu cina. Buah labu yang sudah tua dipetik, lalu dikeringkan di perapian. Setelah kering, isi buah labu dikeluarkan, dikorek dengan kayu, diruncingkan, dan dibersihkan. Kemudian, setelah bersih dikeringkan lagi didekat perapian. Agar tidak jatuh, penutup kelamin pria diikatkan pada pinggang dengan seutas tali halus yang berwarna hitam. Ada tiga pola penggunaan koteka, yaitu lurus, miring ke samping kanan, dan miring ke samping kiri. Penggunaan koteka tegak lurus menandakan bahwa pria yang memakainya masih jejaka. Jika koteka digunakan miring ke samping kanan bermakna pria gagah berani, laki-laki sejati, memiliki harta kekayaan yang melimpah, dan memiliki status sosial yang tinggi. Sebaliknya, jika koteka digunakan miring ke samping kiri bermakna pria dewasa yang berasal dari golongan menengah dan memiliki sifat kejantanan sejati. Untuk kaum perempuan, mereka umumnya menggunakan cawat dari kulit kayu. Pada ujung bagian belakangnya lebih panjang dan menggantung ke bawah. Pada waktu berjalan, ujung cawat ini digulung ke atas. Pada waktu duduk dibuka kembali untuk dijadikan alas duduk. Untuk penutup dada kaum perempuan mengenakan kain. Jika menghadiri pesta atau upacara adat mereka mengenakan pakaian sebatas dada dengan panjang tepat di atas lutut. Pakaian ini berumbai di bagian bawah. Ada pula pakaian yang disebut pummi. Pummi adalah semacam rok mini yang dibuat dari anyaman daun sagu. Rumbai-rumbai pummi dilepas begitu saja hingga terurai disekeliling pinggul dan paha. Pummi ini dipakai oleh kaum laki-laki. Kaum perempuan memakai tok. Tok merupakan sejenis cawat atau celana dalam. Tok adalah pummi yang rumbai-rumbai bagian depannya dikumpulkan lalu ditarik ke bagian belakang pinggul melalui celah paha sehingga menyerupai cawat. Demikian pembahasan tentang "Pakaian Adat Papua Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya" yang dapat kami sampaikan. Artikel ini dikutip dari buku "Selayang Pandang Papua Barat Purwati". Baca juga artikel kebudayaan Indonesia menarik lainnya di situs
8 Senjata Tradisional dari Papua Beserta Fungsi dan Gambarnya Lengkap – Indonesia terdiri atas banyak pulau yang memiliki keberagaman kebudayaan di dalamnya. Di ujung Merauke, kita mengenal Pulau Papua yang memiliki berbagai kebudayaan dengan keindahan alam dan hewan eksotisnya. Saudara kita di Papua adalah masyarakat yang spesial dan patut untuk dihargai kebudayaannya. Mereka juga memiliki hak untuk menjadi WNI sebagaimana mestinya dan masih menjalani kehidupan dengan budayanya. Senjata Tradisional dari PapuaDaftar IsiSenjata Tradisional dari Papua1. Alat Tusuk dari Tulang Kuskus Papua2. Pisau Belati Papua3. Tombak Tradisional Papua4. Parang Papua5. Kapak Batu Khas Papua6. Pahat Khas Papua7. Badik Papua8. Busur dan Panah Papua Daftar Isi Senjata Tradisional dari Papua 1. Alat Tusuk dari Tulang Kuskus Papua 2. Pisau Belati Papua 3. Tombak Tradisional Papua 4. Parang Papua 5. Kapak Batu Khas Papua 6. Pahat Khas Papua 7. Badik Papua 8. Busur dan Panah Papua Mereka masih menjunjung tinggi kebudayaan untuk mempertahankan kelestariannya. Dapat dikatakan bahwa mereka sangat menghargai alam yang mereka pijaki. Kita juga mengenal Papua tidak hanya dari kebudayaannya, tetap juga keindahan alam dan hewan-hewan eksotis yang masih hidup disana. Burung Kasuari, adalah salah satu contoh hewan eksotis yang saat ini juga dalam perlindungan sebab terancam punah. Namun, keberadaanya masih bisa ditemukan di pedalam hutan di wilayah Papua. Kali ini kita akan lebih dalam membahas mengenai berbagai senjata tradisional dari Papua. Kira-kira ada apa saja yang senjata tradisional dari Papua? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini. Senjata tradisional adalah alat yang penting dalam sebuah kebudayaan. Selain digunakan untuk menandai asal muasal suku atau daerah, senjata tradisional juga digunakan untuk membantu keperluan hidup seperti berburu dan perang. Seperti halnya berbagai senjata tradisional dari Papua, yang memiliki keunikan serta kegunaannya masing-masing. Berikut ini berbagai senjata tradisional dari Papua serta fungsinya bagi masyarakat Papua. 1. Alat Tusuk dari Tulang Kuskus Papua Alat tusuk dari tulang kuskus adalah senjata tradisional Papua yang dimiliki oleh salah satu suku asli di Papua, yaitu suku Bauzi. Suku ini hidup secara semi nomaden, sebab suku Bauzi tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Alat Tusuk dari tulang Kuskus digunakan untuk berburu binatang dan alat keperluan panen. Alat Tusuk dari Tulang kuskus adalah senjata tradisional ramah lingkungan, sebab proses pembuatannya tidak menggunakan alat industri yang mencemari alam. Senjata tradisional ini terbuat dari bahan tulang hewan kuskus yang nantinya dibersihkan. Lalu, diruncingkan pada batu asahan dengan menggosoknya, proses itu dilakukan secara terus menerus sehingga ujung senjata menjadi runcing. 2. Pisau Belati Papua Pisau Belati Papua adalah senjata tradisional dengan ukuran yang kecil. Senjata ini memiliki bentuk yang unik, sebab terdapat rumbai-rumbai pada bagian gagang senjata. Pisau Belati Papua sering digunakan untuk menyayat dan memotong ketika sedang berburu binatang di hutan. Senjata tradisional ini terbuat dari bahan yang sulit ditemukan di daerah lainnya, yaitu tulang burung kasuari. Tulang dari burung kasuari sering dimanfaatkan oleh warga setempat untuk menjadi alat yang bermanfaat untuk kehidupan. Bulu yang melekat di gagang pisau juga berasal dari bulu burung kasuari. 3. Tombak Tradisional Papua Tombak Tradisional Papua adalah senjata yang biasa digunakan sebagai alat pertempuran dan perburuan. Tombak ini juga sering digunakan untuk properti dalam sebuah tarian daerah di Papua. Tombak ini dibuat dari bahan-bahan dasar yang mudah ditemukan di alam, yaitu kayu yang biasa diolah untuk membuat gagang. Sedangkan, bagian mata tombak menggunakan batu kali yang nantinya akan diasah agar semakin tajam. Tombak ini dapat dikatakan spesial karena memiliki aturan tersendiri dalam adat Papua, yaitu tidak diperkenankan untuk menggunakan tombak ini selain untuk berburu atau perang. Dalam adat tradisional di Papua, tombak juga diartikan sebagai lambang dari kegagahan seorang pria. Sehingga, tombak harus selalu disimpan dengan baik oleh pemiliknya. 4. Parang Papua Parang Papua adalah senjata tradisional yang berasal dari daerah Papua Barat. Senjata ini melambangkan kekuatan dan keuletan seorang pria dalam sebuah rumah tangga. Masyarakat Papua Barat menyebut senjata itu dengan nama jalowy. Proses pembuatan senjata Parang Papua membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebab, Parang tersebut memiliki bahan dari sebuah batu yang dibelah, dan nantinya harus diasah hingga tajam dan membentuk sebuah senjata parang. Selain digunakan untuk perlindungan diri, senjata ini juga digunakan sebagai keperluan rumah tangga, memasak, memotong daging, hingga menebang pohon sagu. Tak hanya itu, Parang Papua juga bisa digunakan dalam kegiatan industri seperti pertanian atau bahkan untuk melamar calon pasangan wanita. 5. Kapak Batu Khas Papua Kapak Batu adalah senjata tradisional yang menjadi lambang dari daerah Irian Jaya. Senjata ini masih digunakan oleh suku di Papua, senjata ini juga masih sering digunakan alat untuk aktivitas keseharian. Cara membuat kapak batu juga bisa dikatakan cukup mudah, yakni hanya dengan mengikat satu potong batuan ke sebuah kayu yang akan digunakan sebagai alas untuk pegangan. Pada zaman dahulu, masyarakat Papua menggunakan kapak batu ini untuk menebang pohon hingga membuat sagu. Fungsi utama dari senjata tradisional ini adalah untuk pertahanan diri ketika terjadi pertempuran. Tetapi seiring dengan berkembangnya zaman, orang-orang lebih banyak menggunakan kapak batu sebagai alat untuk menggosok senjata dari besi, memotong tanaman, dan juga membelah kayu. 6. Pahat Khas Papua Pahat adalah senjata tradisional yang memiliki beragam fungsi, yaitu untuk memotong rotan yang nanti akan dianyam, melubangi kayu, dan menusuk musuh bila terjadi peperangan. Namun, saat ini pahat sudah beralih fungsi menjadi perkakas atau alat-alat yang digunakan dalam bidang pertukangan. Menurut sejarah adat, pahat adalah alat yang biasa digunakan untuk memangkas jari-jari tangan jenazah yang berasal dari anggota keluarga yang meninggal. Namun, budaya tersebut telah mendapatkan larangan oleh pemerintah dan saat ini pahat hanya boleh digunakan sebagai alat dalam kegiatan industri. Proses pembuatan dari pahat juga tidak terlalu susah. Hal yang dibutuhkan hanya kejelian agar tidak menggosok bagian ujung pahat terlalu tipis. Untuk menambah kenyamanan ketika menggunakan, para pengrajin pahat akan menempelkan lilitan dari kayu yang tipis agar nyaman ketika digenggam. 7. Badik Papua Badik sebenarnya adalah senjata tradisional yang berasal suku Bugis, Makassar. Namun, senjata ini sekarang juga menjadi senjata tradisional di Papua setelah masyarakat di Papua mulai mengenal budaya dunia luar. Senjata Badik ini memiliki bentuk sedikit pendek mirip dengan pisau, namun ada mitos yang mengatakan jika senjata badik tersebut dipercaya memiliki kegunaan dan juga keampuhan yang dikenal dari gaya pada badik suku Bugis. Masyarakat di Papua juga meyakini jika senjata badik ini memiliki nilai dan juga makna tertentu di dalamnya. Hingga masyarakat di wilayah Papua juga menjadikan senjata tersebut sebagai senjata tradisional yang digunakan untuk bertempur dan berkelahi. 8. Busur dan Panah Papua Busur dan Panah adalah senjata tradisional dari Papua yang sering digunakan untuk berburu babi hutan dan binatang lainnya. Tak hanya itu, fungsi dari busur dan panah juga sebagai alat yang akan selalu dibawa berdampingan dengan tombak. Busur dan panah juga sering digunakan masyarakat untuk berperang, namun ada perbedaan bahan yang digunakan pada mata panahnya. Jika tujuan panah digunakan untuk berburu binatang, maka mata panah yang digunakan terbuat dari bahan bambu. Namun, jika digunakan untuk berperang, maka mata tombak yang digunakan terbuat dari bahan tulang binatang. Namun, pada saat ini senjata busur dan panah sudah banyak mengalami perkembangan dan juga perubahan bentuk akibat dari efek modernisasi. Sehingga, muncul cabang olahraga panahan yang memiliki kesamaan dari segi teknik dan alatnya. Hal yang membedakan hanya pada tujuan digunakannya busur dan panah. Untuk panahan digunakan dalam kegiatan rekreasi, sedangkan senjata busur dan panah Papua digunakan untuk alat pertahanan hidup. Nah, itu tadi pembahasan mengenai senjata tradisional dari Papua. Keunikan yang ada di senjata tradisional tersebut juga melambangkan kekayaan budaya yang ada di Papua. Harapannya dengan artikel ini kalian dapat lebih memahami dan melestarikan kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Kalian dapat membaca artikel lainnya mengenai senjata tradisional pada kolom yang tersedia di Mamikos. Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu Kost Dekat UGM Jogja Kost Dekat UNPAD Jatinangor Kost Dekat UNDIP Semarang Kost Dekat UI Depok Kost Dekat UB Malang Kost Dekat Unnes Semarang Kost Dekat UMY Jogja Kost Dekat UNY Jogja Kost Dekat UNS Solo Kost Dekat ITB Bandung Kost Dekat UMS Solo Kost Dekat ITS Surabaya Kost Dekat Unesa Surabaya Kost Dekat UNAIR Surabaya Kost Dekat UIN Jakarta
kebudayaan papua lengkap beserta gambar dan penjelasannya