Kata. Kunci: Nilai, Pendidikan, Karakter, Film. habluminallah. yaitu mendekattkan diri kepada Allah sepeti shalat, dan beribadah lainnya, habluminannas. yaitu hubungan dengan sesama manusia dengan senantiasa menjaga hubungan baik, menjaga tali silaturrahim, memiliki kepedulian sosial, saling menghormati dan relevansi dengan Ini yang dikatakan Habluminallah hubungan kita dengan Allah SWT," katanya. Sementara Habluminannas atau hubungan kita dengan sesama manusia yang dipraktikan dengan ibadah sosial. Praktiknya mengatur bagaimana kita berinteraksi, bergaul, dan Ilmu Kekayaan yang Melindungi Kita. By Lisa Aviatun Nahar 7 months ago. Rasulullah s.a.w tertegun, tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Suatu wujud yang belum pernah beliau lihat seumur hidupnya, kini ada di hadapannya. Ia bersuara, berkata, “Iqro! Bacalah!”. Sosok itu memerintahkan Rasulullah s.a.w untuk membaca. habluminallah) dan mengatur hubungan manusia dengan manusia (habluminannas) dalam aspek kehidupan manusia seperti sosial, budaya, politik, hukum, kesehatan dan lainya. Bidang kesehatan menganut nilai-nilai Islam yang hal tersebut sangat penting penting. Tuntunan dalam ajaran Is-lam banyak yang mencerminkan nilai-nilai Sufibukanlah kata murahan yang bisa diobral. Ia bukan gelar yang di dapat dari pendidikan formal. Apalagi honoris causa. Habluminallah dan habluminannas. Pertanyaannya, bisakah seseorang disebut Sufi sementara ia melakukan tindakan senonoh yang mempertunjukkan tingkatan nafsu hewaninya yang keji. Mas Bechi begitu tega dengan Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. PALEMBANG - Ini Arti Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam & Contoh Perilaku Baiknya Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam adalah istilah yang sering kita dengarkan sebagai seorang muslim. Istilah-istilah ini biasanya kita dengar dari ceramah-ceramah dan guru di sekolah. Namun tahukah kamu arti dari 3 istilah ini? • Arti Hasbunallah Wanikmal Wakil, Kerap Diucapkan Baik dalam Keadaan Lapang Maupun Menghadapi Cobaan Berikut Arti Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam Pengertian Hablum Minallah Arti Hablum Minallah حَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ adalah Hubungan dengan Allah. Contoh perilaku hablum minallah menurut Imam Ghazali Menunaikan perintah syariat. Rela dengan ketentuan dan takdir serta pembagian rezeki dari Allah SWT. Meninggalkan kehendak nafsunya untuk mencari keridhoan Allah SWT.” • Arti Assabiqunal Awwalun atau Assabigunal Awwalun, Berikut Orang-Orang Pertama yang Masuk Islam Pengertian Hablum Minannas Arti Hablum Minannas حَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ adalah Hubungan dengan sesama manusia. Contoh perilaku hablum minallah menurut Imam Ghazali 1. Saling membantu dengan tetangga 2. Memberi makan anak yatim 3. Mengasihi orang miskin Kalau dimaknakan secara bahasa, hablum minallah itu adalah hubungan dengan Allah dan hablum minan-nas adalah hubungan dengan manusia. Akan tetapi dalam pengertian istilah syari’ah maknanya adalah sebagai berikut 1. Hablum minallah , maknanya ialah perjanjian dari Allah. Yaitu masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan akherat. Atau tunduk kepada pemerintahan Muslimin dengan jaminan dari pemerintah itu sebagaimana yang diatur oleh Syari’ah dalam perkara hak dan kewajiban orang kafir dzimmi yaitu orang kafir yang menjadi warga negara Islam untuk mendapatkan jaminan perlindungan hak-haknya sebagai manusia di dalam kehidupan dunia saja, dan mendapat ancaman adzab di akhirat. Lihat Tafsir At-Thabari , Tafsir Al-Baghawi , dan Tafsir Ibnu Katsir tentang pengertian surat Ali Imran 112. 2. Hablum minan-nas , maknanya ialah perjanjian dari kaum Mukminin dalam bentuk jaminan keamanan bagi orang kafir dzimmi dengan membayar upeti bagi kaum Mukminin melalui pemerintahnya untuk hidup sebagai warga negara Islam dari kalangan minoritas non Muslim. Atau dengan bahasa lain ialah dalam berinteraksi dengan sesama manusia, maka jaminan yang bisa dipercaya hanyalah dari kaum Muslimin yang dibimbing oleh Syari’at Allah Ta’ala. Dengan demikian, akhlaqul karimah dibangun di atas kerangka hubungan dengan Allah melalui perjanjian yang diatur dalam Syari’at-Nya berkenaan dengan kewajiban menunaikan hak-hak Allah Ta’ala dan juga kerangka hubungan dengan sesama manusia melalui kewajiban menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun yang kafir. Dari kerangka inilah kemudian diuraikan kriteria akhlaqul karimah . Hak-hak Allah itu ialah mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya. Yaitu menunaikan tauhidullah dan menjauhi syirik , mentaati Rasul-Nya dan menjauhi bid’ah yakni penyimpangan dari ajarannya. Dan inilah sesungguhnya prinsip utama bagi akhlaqul karimah , yang kemudian dari prinsip ini akhlaq Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dipuji dan disanjung oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya “Dan sesungguhnya engkau hai Muhammad di atas akhlaq yang agung.” Al-Qalam 4 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menerangkan tentang ayat ini “Dan adapun akhlaq yang agung yang Allah terangkan bahwa ia itu ada pada Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam , pengertiannya adalah pengamalan segenap ajaran agama ini, yaitu segenap apa yang Allah perintahkan dengan mutlak.” Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah jilid ke 10 halaman 658. Dalam pengertian yang demikian inilah akhlaq Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam sebagai penafsiran yang sah bagi ajaran Allah yang ada di dalam Al-Qur’an, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Aisyah Ummul Mu’minin radliyallahu `anha “Akhlaq Rasulullah itu adalah Al-Qur’an.” HR. Muslim . Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Muflih Al-Maqdisi rahimahullah dalam kitabnya Al-Aadaab Asy-Syar’iyyah menerangkan tentang pengertian daripada pernyataan A’isyah ini sebagai berikut “Maksudnya ialah, bahwa beliau berpegang dengan adab-adab yang diajarkan oleh Al-Qur’an, dan segenap perintah yang ada padanya dan juga segenap larangannya, juga berpegang dengan apa yang dikandunginya dari kemuliaan akhlaq dan kebaikan perangai serta kelembutan.” Al-Aadaab Asy-Syar’iyyah , jilid ke dua hal. 194. Bahkan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menyatakan “Sesungguhnya seorang Mu’min itu akan bisa mencapai derajat amalan puasa dan shalat malam dengan memiliki akhlaq yang baik.” HR. Abu Dawud dalam Sunan nya, Kitabul Adab bab Fi Husnil Khuluq hadits ke 4798 dari A’isyah radliyallahu `anha . Al-`Allamah Abit Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-Adhim Abadi rahimahullah dalam kitabnya Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud menerangkan makna hadits tersebut di atas “Orang Mu’min yang mempunyai akhlaq yang baik diberi keutamaan yang besar seperti ini, karena memang orang yang puasa dan orang yang shalat malam adalah orang-orang yang berjihad melawan hawa nafsunya. Demikian pula orang yang akhlaqnya baik terhadap manusia, walaupun kenyataannya manusia itu beraneka ragam tabiatnya juga tingkah laku mereka yang berbeda-beda satu dengan lainnya, maka dengan tetap dia berakhlaq yang baik kepada semua mereka itu, berarti dia harus berjihad melawan berbagai hawa nafsu dari banyak orang itu. Sehingga dengan demikian, Mu’min yang berakhlaq seperti ini mencapai keutamaan seperti yang dicapai oleh orang yang banyak puasa sunnah dan selalu menunaikan shalat malam. Kedudukannya sederajat dengan mereka, bahkan kadang-kadang derajatnya lebih tinggi.” Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud juz 13 halaman 154. Juga Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam menegaskan tentang keutamaan orang Mu’min yang mempunyai akhlaq yang mulia dalam sabda beliau sebagai berikut “Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalangan kalian adalah yang paling baik akhlaqnya.” HR. Bukhari dalam Shahih nya Kitabul Adab bab Husnul Khuluq was Sakha’ wa Maa Yukrahu Minal Bukhli hadits ke 6035 dari Abdullah bin Amr, lihat Fathul Bari juz 10 hal. 456. TONTON VIDEO INI Afdhol kambing Apa Sapi Untuk Berqurban Pada Saat Idul Adha Amalan 10 Hari Sebelum Menjelang Idul Adha Cara meruqiah diri sendiri secara sariah Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga keseimbangan dalam konsep Habluminallah dan Habluminannas. Takwa dan Akhlak yang dan Habluminannas artinya adalah hubungan baik dengan Allah SWT dan dengan sesama mengajarkan, hubungan baik dengan Allah saja tidak cukup. Rajin ibadah seperti shalat, zakat, dan puasa tidak cukup, namun juga harus diimbangi dengan hubungan yang baik dengan sesama manusia. Allah SWT berfirmanضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” QS. Ali Imran 112.Pengertian Habluminallah Secara bahasa hablun artinya tali atau hubungan. Hablun minallah artinya hubungan antara manusia dan Allah; hubungan vertikal manusia dengan Allah. Hablun minannas artinya hubungan sesama manusia; hubungan horizontal antara manusia dan manusia KBBI.Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah. Hubungan terbaik dengan Allah SWT adalah beriman dan bertakwa -melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua pengertian syariah, makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah “Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat”.Allah juga berfirmanوَاعْبُدُواْ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” QS. An-Nisa ayat 36.Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa hablum minallah dan hablum minannas adalah dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan. Pengertian HablumminannasHablumminannas adalah hubungan baik dengan sesama manusia. Harmoni sosial, dengan tetangga, teman kerja, lingkungan, Habluminallah dan Habluminannas antara lain dalam hadits Nabi Saw berikut iniعَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ” [رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]“Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan keburukan. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata Hadits Hasan Shahih.Takwa yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengenal tempat. Bertakwalah di mana pun berada, baik saat sunyi sendirian terlebih lagi ketika berada di tengah keramaian. Inilah sebenar-benarnya takwa dan merupakan takwa yang paling hadits tersebut Rasulullah Saw juga berwasiat agar bersegera melakukan kebaikan tatkala terjerumus dalam keburukan. Hadits ini juga menjelaskan perintah untuk segera bertobat kepada Allah. Karena taubat merupakan amal shalih yang paling mulia dan harus disegerakan Hablum MinannasHubungan baik dengan sesam manusia diawali dengan saling mengenal ta'aruf untuk menimbulkan saling النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS Al Hujurat13.Hubungan dengan sesama manusia kuncinya adalah akhlak yang baik. أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.” HR. At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata Hadits Shahih.Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan, pada hari kiamat orang yang paling dekat dengan Rasulullah yaitu yang paling bagus akhlaknya. Tidak hanya itu, dengan memiliki akhlak mulia, maka akan dicintai oleh manusia yang lainnya terlebih Rasulullah demikian, hablumminallah adalah dengan takwa. Hablumminannas adalah dengan akhlaqul karimah akhlak mulia.Hablumiannas dengan sesama muslim adalah "ruhamau bainahum". مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka" QS Al-Fath29.Hablum minannas dengan nonmuslim adalah toleransi sebagaimana diajarkan QS Pengertian Habluminallah dan Habluminannas. Wallahu a'lam bish-shawabi.* This study aims to determine the effect of the level of religiosity with charity between NU and Muhammadiyah organizations. This study is also to find out the factors that significantly affect charity between NU and Muhammadiyah organizations. This study uses IFLS data in 2014 with the ordinary least square method. The results of this study indicate that the level of religiosity factor has a positive relationship to the level of charity in the Muslim estimation model, except for Muhammadiyah Muslims, a significant positive relationship occurs in the second model while the others have no significant effect on charity behavior. Abstrak Kajian ini untuk bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat religiusitas dengan charity antara ormas NU dan Muhamadiyah. Kemudian kajian ini juga untuk mengetahui faktor yang signifikan memengaruhi charity antara ormas NU dan Muhamadiyah. Penelitian ini menggunakan data IFLS tahun 2014 dengan metode ordinary least square. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor religiusitas tingkat religiusitas memiliki hubungan positif terhadap tingkat charity pada model estimasi muslim, kecuali pada muslim muhammadiyah, berhubungan positif secara signifikan terjadi pada model kedua sedangkan yang lain tidak signifikat berpengaruh perilaku charity. LATAR BELAKANG Sebagai negara mayoritas penduduk Muslim terbesar dunia yaitu sejumlah 216,66 juta penduduk atau dengan persentase muslim sebesar 85 persen dari total populasi BPS, 2015, Indonesia memiliki tantangan yang besar untuk mengatur aspek keagamaan dan sosial. Agama dan sosial sangat berkaitan erat dalam mengatur tatanan kehidupan yang baik. Namun antara badan negara dan dan lembaga swasta, justru tingkat kepercayaan kepada pemerintah dalam hal mengelola dana sosial lebih kecil dibanding lembaga swasta yang mengelolanya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Asyafina Journal Jurnal Akademik Pesantren Volume 1, No. 3, Published Februari 2022, pp. 79-92 79 Habluminallah and Habluminannas Perilaku Charity antara Muslim Nahdlatul Ulama And Muhammadiyah Muhammad Abdul Rohman1*, Dendy Herdianto2, Nurita Afridiana3 1,2Sekolah Stata, Depok, Jawa Barat 3Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat Abstract This study aims to determine the effect of the level of religiosity with charity between NU and Muhammadiyah organizations. This study is also to find out the factors that significantly affect charity between NU and Muhammadiyah organizations. This study uses IFLS data in 2014 with the ordinary least square method. The results of this study indicate that the level of religiosity factor has a positive relationship to the level of charity in the Muslim estimation model, except for Muhammadiyah Muslims, a significant positive relationship occurs in the second model while the others have no significant effect on charity behavior. Keywords Charity, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama Abstrak Kajian ini untuk bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat religiusitas dengan charity antara ormas NU dan Muhammadiyah. Kemudian kajian ini juga untuk mengetahui faktor yang signifikan mempengaruhi charity antara ormas NU dan Muhammadiyah. Penelitian ini menggunakan data IFLS tahun 2014 dengan metode ordinary least square. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor religiusitas tingkat religiusitas memiliki hubungan positif terhadap tingkat charity pada model estimasi muslim, kecuali pada muslim muhammadiyah, berhubungan positif secara signifikan terjadi pada model kedua sedangkan yang lain tidak signifikan berpengaruh perilaku charity. Kata kunci Charity, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama *Corresponding author LATAR BELAKANG Sebagai negara mayoritas penduduk Muslim terbesar dunia yaitu sejumlah 216,66 juta penduduk atau dengan persentase muslim sebesar 85 persen dari total populasi BPS, 2015, Indonesia memiliki tantangan yang besar untuk mengatur aspek keagamaan dan sosial. Agama dan sosial sangat berkaitan erat dalam mengatur tatanan kehidupan yang baik. Namun antara badan negara dan dan 80 Asyafina Journal Jurnal Akademik Pesantren, Volume 1, No. 3, Februari 2022, pp. 79-92 lembaga swasta, justru tingkat kepercayaan kepada pemerintah dalam hal mengelola dana sosial lebih kecil dibanding lembaga swasta yang mengelolanya. Terbukti dengan laporan zakat outlook 2017 menyatakan bahwa lembaga amil zakat masil berada posisi tertinggi dalam penyaluran maupun pengumpulan zakat dari pada badan yang terbentuk oleh pemerintah dalam menghimpun dan penyaluran dana zakat tersebut. Sementara itu Dompet Dhuafa Republika DD, yang lebih berpengalaman mengelola dana umat sejak 1994, juga mengalami perkembangan dana umat yang semakin besar, berkat pemanfaatkan teknologi Internet serta praktik penggalangan dana yang baik. Laporan keuangan Yayasan Dompet Dhuafa Republika 2015, penerimaan dana umat mencapai Rp 276,5 miliar. Zakat menjadi penerimaan terbesar, yakni Rp 147 miliar, disusul infak terikat Rp44,5 miliar, dan infak Rp37 miliar. Dari penerimaan itu, total penyaluran nya Rp269 miliar, yang terbesar untuk program kesehatan Rp56 miliar. Berikutnya, program pendidikan Rp51 miliar dan program ekonomi Rp49 miliar.Nusya, 2017. Dengan potensi yang besar ini momentum pemerintah dalam ikut andil dalam mengelolanya sangatlah minim, Tentu pihak swasta yang mengelola memiliki kepercayaan yang kuat dimata masyarakat untuk mengelola dana sosial di Indonesia. Lazis muhammadiyah ,bekerjasama dengan Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian pada Masyarakat LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, menemukan potensi filantropi warga Muhammadiyah mencapai Rp 525 miliar. Temuan tersebut diperoleh melalui survei di 11 kota mengenai potensi filantropi di kalangan Muhammadiyah dan kinerjanya secara umum. Sebagai LAZ nasional, Lazismu memiliki peran yang sama dengan LAZ yang lain. Lazismu sejak 2010-2016 mengalami peningkatan. Terhitung sejak 2010 dana zakat yang digalang mencapai Perolehan itu di tahun berikutnya mencapai Rp Sedangkan di 93877645230977568342126405001000150020002500BAZNAS BAZNASKab/kotaBAZNAS Pro LAZGambar 1 Penghimpunan dan Penyaluran Dana Berdasarkan Organisasi Pengelola Zakat Dalam Milyar RupiahSum of penghimpunanSum of penyaluranSumber Dokumentasi Statistik Baznas 2016 Muhammad Abdul Rohman, Dendy Herdianto, Nurita Afridiana Habluminallah and Habluminannas Perilaku Charity antara Muslim Nahdlatul Ulama And Muhammadiyah tahun 2013, perolehan zakat yang terkumpul sebesar Rp Kenaikan signifikan di tahun-tahun berikutnya mulai terlihat. Di tahun 2014, total penghimpunan yang diperoleh Lazismu sebesar Rp Sedangkan di tahun 2015, ZIS dan donasi lainnya yang dihimpun menembus angka Rp Pada tahun 2016, ZIS terkumpul sebanyak Rp Untuk itu, dapat dicatat bahwa kenaikan rata-rata ZIS setiap tahun, sejak tahun 2010-2016 adalah 24,33 persen. Dari dana ZIS yang terhimpun pada tahun 2016 telah tersalurkan kepada yang berhak menerima sebesar Rp dengan jumlah penerima manfaat sebanyak orang. Jika digabungkan dengan penerima manfaat qurban yang sebanyak maka total penerima manfaat adalah orang. Dengan melihat perkembangan ekonomi nasional dan global di tahun 2017, maka, Lazismu Membuat target program di tahun 2017 adalah pembuatan Kartu Lazismu, Beasiswa 1000 sarjana, Pemberdayaan Ekonomi 1000 UMKM, YOUTH and Social Innovation LAZISMU goes to Campus, pendayagunaan produktif dalam bentuk kandang kambing, Indonesia Terang dan Klinik Apung Said Tuhuleley. Dua program terakhir yang disebutkan di atas Indonesia Terang dan Klinik Apung Said Tuhuleley adalah program-program unggulan Lazismu. Maka dalam rangka menatap potensi zakat di tahun 2017, Lazismu memproyeksikan target penghimpunan ZIS sebesar Rp dengan rincian target pertumbuhan ZIS dari tahun sebelumnya sebesar 56 persen. Terkait dengan kebijakan program Lazismu pada tahun 2017, Lazismu menetapkan program-program itu dibidang Pendidikan Save Our School, GN-OTA, Trensains, dan Sejuta sarjana, Ekonomi Tani Bangkit, Sejuta UMKM, Pemberdayaan ekonomi berupa program Youth Entrepreneurship, Bina usaha ekonomi keluarga, dan penyertaan modal BTM, Surya LED, Safaro, Kampung ternak dan Desbumi. Sementara di bidang sosial meliputi Tanggap darurat bencana, Dai Mandiri, Muhammadiyah Aid, Kurban Pak Kumis, dan Mobil klinik. Di bidang inovasi program Lazismu menghadirkan program Indonesia Terang dan Klinik Apung Said Tuhuleley. Di mana sasaran program di tahun 2017 fokus pada sasaran kawasan 3 T terdepan, terluar dan tertinggal. Dalam acara ini Lazismu menghadirkan narasumber seperti Hajriyanto Y. Thohari selaku Ketua PP Muhammadiyah, Regi Wahyu CEO Dattabot/Mediatrac, Hamid Abidin dari PIRAC, dan Hilman Latief, selaku Ketua Badan Pengurus Lazismu.lazismu, 2017. Dengan begitu pengelolaan dana sosial oleh lazis ormas-ormas memiliki potensi yang besar karena disamping pengelolaannya yang luar biasa juga telah memiliki hati tersendiri di mata masyarakat Indonesia. Isu pengelolaan dana sosial bukan hal baru dan telah diperdebatkan selama beberapa dekade terakhir ini. penelitian yang sudah terjadi oleh Arsyianti & Kassim 2016 menginvestigasi perilaku dermawan di kalangan pendapatan rendah di Ibukota Jakarta. Dalam penelitian ini menjelaskan faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku charity tersebut. 82 Asyafina Journal Jurnal Akademik Pesantren, Volume 1, No. 3, Februari 2022, pp. 79-92 Sementara itu penelitian Amanta, Rindayati, & Arsyianti,2014 mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi infak rumah tangga adalah kepekaan sosial altruisme, pendapatan serta lamanya mendapatkan pendidikan formal. Penelitian charity ini juga diperbincangkan di Eropa dan USA Mocan & Tekin, 2007. Namun kajian terhadap organisasi masyarakat muslim di Indonesia hingga saat ini masih minim, padahal masyarakat muslim cenderung mengalokasikan charitynya kepada oraganisasi yang dianutnya daripada pemerintah BAZNAS sehingga kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertmbangan pemeintah untuk mengambil kebijakan tentang perzakatan di Indonesia Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh tingkat religiusitas dengan charity antara ormas NU dan Muhammadiyah. Lalu faktor apa yang significant mempengaruhi charity antara ormas NU dan Muhammadiyah. Penelitian ini berfokus pada perilaku charity penduduk muslim yang beraliran NU dan Muhammadiyah. Dengan begitu hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan saran untuk meningkatkan rasa sosial antara kedua ormas yang berstatus terbesar di Indonesia tersebut. TINJUAN PUSTAKA Charity Teori charity memiliki banyak istilah, seperti infaq/ sedekah Amanta et al., 2014, zakat Alhasanah, 2011, donasi Khanna, Posnett, & Sandler, 1995, premium charityArsyianti & Kassim, 2016 dan lain-lain, model teori yang digunakan pun juga beraneka ragam, Amanta et al., 2014, mengunakan faktor keimanan, penghargaan, altruisme, kepuasaan diri, lama mendapatkan pendidikan dalam tahun , total pendapatan rumah tangga dalam nominal rupiah , jumlah tanggungan orang, dan dummy jenis pekerjaan utama untuk menjelaskan jumlah alokasi infaq / shodaqoh, sementara Arsyianti & Kassim, 2016 menggunakan variabel religiusitas untuk menjelaskan perilaku charity muslim, kemudian Mocan & Tekin2007 lebih ekstrim, dia memasukkan variabel tidak memiliki agama dalam penelitiannya. Pada penelitian ini mencoba menggunakan variabel Jumlah uang yang dialokasikan untuk sumbangan upacara ritual dan hadiah mencakup pernikahan, sunatan, zakat, sedekah, kado dan sejenisnya, pada salah satu pertanyaan kuisiner di data IFLS Nahdhotul Ulama Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H 31 januari 1926. Organisasi ini dipimpin oleh Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi Prinsip Dasar, kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kedua kitab tersebut kemudian diimplementasikan dalam khittah NU yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang Muhammad Abdul Rohman, Dendy Herdianto, Nurita Afridiana Habluminallah and Habluminannas Perilaku Charity antara Muslim Nahdlatul Ulama And Muhammadiyah sosial, keagamaan dan politik. Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ajaran islam menurut paham kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah negara kesatuan republik indonesia. Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh berbagai jenis usaha di berbagai bidang, antara lain sebagai berikut 1. Di bidang keagamaan, melaksanakan dakwah islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan. 2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luar. Hal ini terbukti dengan lahirnya lembaga-lembaga pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di pulau jawa bahkan sudah memiliki cabang di luar negeri. 3. Di Bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan. 4. Di bidang ekonomi mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan badan keuangan lain yang telah terbukti membantu masyarakat. 5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU menganut sikap moderat, mereka cenderung tidak kaku dalam beragama, tidak mudah menghakimi bid’ah, kafir dan label yang lain. Di NU perbedaan pada masalah khilafiyah tidak menjadi perbedaan yang tajam dan cenderung menghargai perbedaan tersebut. Hal ini berbeda dengan ormas Islam yang menganut ideologi transnasional dari Timur Tengah seperti Hizbut Tahrir Indonesia, maupun yang lain. Mereka cenderung kaku dalam beragama, sehingga mudah dipecah belah seperti negara tempat ajaran tersebut tumbuh.Ali & Purwandi, 2017 Muhammadiyah Muhammadiyah didirikan oleh Muhammad Darwis, yang lebih dikenal dengan sebutan Ahmad Dahlan. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912. Ahmad Dahlan adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta yang bertugas sebagai seorang Khatib dan berprofesi sebagai pedagang. Melihat keadaan umat islam yang semakin melenceng dari ajarannya, membuat beliau tergerak untuk melakukan amar ma’ruf dengan mengajak orang-orang ke rumahnya untuk diberikan pemahaman agama. Awal mula dakwah beliau memang tidak mudah, penolakan demi penolakan terus beliau rasakan, hingga pada akhirnya ajakan beliau diterima dan disambut hangat. Profesinya sebagai pedangang membuat 84 Asyafina Journal Jurnal Akademik Pesantren, Volume 1, No. 3, Februari 2022, pp. 79-92 dakwahnya dapat berkespansi lebih luas dan untuk mengorganisir kegiatan-kegiatan yang semakin banyak dan meluas maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut "Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa. KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934. Adapun hal-hal yang menjadi usaha Muhammadiyah tertulis dalam anggaran rumah tangga pasal 3, yaitu Usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan meliputi 1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. 2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya. 3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya. 4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlak mulia. 5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian. 6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas 7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. 8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan. 9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri. 10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan. 12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan. 13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat. 14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah Muhammad Abdul Rohman, Dendy Herdianto, Nurita Afridiana Habluminallah and Habluminannas Perilaku Charity antara Muslim Nahdlatul Ulama And Muhammadiyah Tabel 1. Penelitian Terdahulu Arsyianti & Kassim, 2016 ordinary least squareOLS 2. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer provinsi DKI Jakarta sebesar 101 responden Hutang per pendapatan, daerah, charity per pendapatan berpengaruh signifikan 5% terhadap frequensi pemberian charity sementara itu, pendapatan berpengaruh signifikan 10% ter terhadap frekuensi pemberian charity Hutang per pendapatan, dan pendapatan berhubungan positif dengan terhadap frekuensi pemberian charity kemudian daerah dan charity perincome berkorelasi negatif terhadap frequensi pemberian charity Namun tingkat religiusitas disini berpengaruh positif tidak signifikan terhadap frekuensi pemberian charity ordinary least squareOLS 2. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi infak rumah tangga adalah altruisme, pendapatan serta lamanya mendapatkan pendidikan formal. Ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh positif terhadap besarnya alokasi infak rumah tangga. Sedangkan variabel-variabel yang lainnya seperti keimanan, penghargaan, kepuasaan diri, pekerjaan, dan jumlah tanggungan tidak memiliki pengaruh nyata terdapat alokasi infak rumah tangga Sumber Kompilasi Penyusun METODOLOGI Data penelitian Adapun data penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Data bersumber dari Indonesia Family Life Survey IFLS tahun 2014. Data IFLS sendiri merupakan data survei longitudinal rumah tangga yang ada di Indonesia dari tahun 1993, 1997, 2003, 2007, dan 2014. Untuk 86 Asyafina Journal Jurnal Akademik Pesantren, Volume 1, No. 3, Februari 2022, pp. 79-92 penelitian ini digunakan data IFLS 2014 sebagai dua survei IFLS yang terbaru lalu dalam mengolah data ini menggunakan software Stata 13 dengan data yang berbentuk data cross section. Model penelitian Model penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan adaptasi dari model penelitian Arsyianti & Kassim, 2016 tentang perilaku charity rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah di DKI Jakarta. Penelitian ini akan diolah menggunakan model ordinary least squareOLS. Adapun model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut            Dimana Y = jumlah rupiah yan dialokasi untuk dana sosial antara muslim NU dan muhammadiyah = intersep, X1= Jenis kelamin dummy 1 laki-laki, 0 perempuan, X2=usia satuan tahun, X3 =maretak statatus status pernikahan dummy 1 nikah 0belum nikah, X4=tingkat pendidikan tahun, X5=pendapatanRupiah, X6= hutang per pendapatan, X7= religius dummy 1 religius 0tidak religius, = error Tabel 2 Deskripsi Variabel Jumlah uang yang dialokasikan untuk sumbangan Upacara ritual sumbangan dan hadiah Mencakup pernikahan, sunatan,Zakat,sedekah, kado dan sejenisnya dummy 1 laki-laki, 0 perempuan Dummy 1 nikah 0belum nikah Jumlah tahun responden mengenyam pendidikan Penjumlahan Pendapatan pertanian dan non pertanian rumah tangga selama pertahun Muhammad Abdul Rohman, Dendy Herdianto, Nurita Afridiana Habluminallah and Habluminannas Perilaku Charity antara Muslim Nahdlatul Ulama And Muhammadiyah Jumlah Hutang rumah tangga selama setahun dibagi dengan pendapatan selama setahun Religius dummy 1 religius 0tidak religius, Dikatakan religius jika responden melakukan sholat minimal 5 kali sehari dikatakan dan tidak religius begitu sebaliknya. Sumber Kompilasi Penyusun Tabel 3 Hipotesis Penelitian X1= Jenis kelamin dummy 1 laki-laki, 0 perempuan, X3 =marstat status pernikahan dummy 1 nikah 0belum nikah, X4=tingkat pendidikan tahun, X6= hutang per pendapatan, X7= religius dummy 1 religius 0tidak religius, Sumber Hasil Analisis Penyusun PEMBAHASAN Hasil penelitian Pada tabel dibawah ini, disajikan tabel hasil estimasi OLS ordinary least square pada perilaku charity muslim. Pada model 1 adalah perilaku charity untuk muslim indonesia secara umum, model 2 adalah faktor perilaku charity muslim NU Nahdlatul Ulama, pada model 3 adalah faktor perilaku charity pada muslim Muhammadiyah dan model 4 adalah faktor perilaku charity untuk muslim ormas lainnya, maksud lainnya disini selain muslim NU dan muhammadiyah. Berikut hasil estimasi dengan variabel dependen adalah ln_jumlah charity sebagai berikut 88 Asyafina Journal Jurnal Akademik Pesantren, Volume 1, No. 3, Februari 2022, pp. 79-92 Tabel 4 Estimasi Model Alokasi Charity Muslim Charity Muslim Nahdhotul Ulama Charity Muslim Muhammadiyah Dalam kurung adalah standart eror, Tingkat signifikansi *** p< ** p< * p< Sumber Hasil Analisis Berdasarkan hasil regresi diatas menunjukkan perbandingan perilaku charity muslim Indonesia secara umum, NU Nahdhotul Ulama, Muhammadiyah dan ormas lainnya. Pada hasil estimasi menunjukkan bahwa jenis kelamin, status pekerjaan formal, umur, Marstat status pernikahan, educyrtingkat pendidikan, tingkat religius, pendapatan dan debt per income berpengaruh terhadap perilaku menyumbang charity masyarakat muslim Indonesia, NUNahdhotul Ulama, Muhammadiyah dan ormas lainnya. Masing-masing model memiliki karakteristik yang berbeda-beda, Meskipun masing-masing model memiliki R-square yang kecil, model ini cukup menjelaskan perilaku charity muslim Indonesia Pada faktor jenis kelamin berpengaruh negatif secara signifikan terhadap jumlah charity . Muslim laki-laki cenderung akan mengurangi jumlah charity secara tidak signifikan dari pada perempuan, kecuali pada model muslim lainnya justru perempuan secara signifikan menambah perilaku charity . Temuan ini sejalan dengan penelitian oleh Arsyianti & Kassim, 2016, dan mecan et al2007, yang menunjukkan bahwa muslim laki-laki cenderung mengurangi jumlah charity nya. Muhammad Abdul Rohman, Dendy Herdianto, Nurita Afridiana Habluminallah and Habluminannas Perilaku Charity antara Muslim Nahdlatul Ulama And Muhammadiyah faktor status pekerjaan formal dan non formal berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah alokasi charity muslim. Pada model 1, 2 dan 4 ini menunjukkan hubungan positif terhadap perilaku charity seorang muslim, namun model 4 ini secara tidak signifikan berpengaruh positif terhadap perilaku charity . Hal ini berarti semakin masyarakat bekerja di sektor formal justru menambah kepedulian untuk berbagi dengan yang lain, berbeda dengan model 3 menunjukkan hubungan negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah alokasi charity . Menurut hasil survey Muallidin2017 Pada muslim muhammadiyah cukup dominan dalam penelitian ini adalah pegawai swasta, diikuti oleh pegawai negeri sipil dan pensiunan. Pegawai swasta yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian diantaranya bekerja di dalam amal usaha Muhammadiyah, baik sebagai guru maupun dosen. Sehingga sebagian besar dari mereka bekerja di sektor formal, pada akhirnya pekerjaan formal/ non formal tidak mempengaruhi mereka untuk charity Sumber Survey LAZISMU 2017 diolah oleh peneliti Temuan hubungan negatif ini serupa dengan hasil penelitian Amanta et al., 2014 yang menyatakan bahwa seseorang yang bekerja sebagai Perangkat desa pemerintahan sektor formal memiliki hubungan negatif terhadap perilaku charity nya Pada faktor umur menunjukkan hubungan positif terhadap perilaku donasi muslim. Temuan ini terjadi secara signifikan di semua model, hal ini berarti semakin bertambah usia muslim NU, muhammadiyah maupun ormas lainnya maka semakin tinggi juga tingkat alokasi charity muslim tersebut. Hal ini sesuai dengan temuan Arsyianti & Kassim 2016; Mocan & Tekin, 2007 yang menyatakan bahwa semakin bertambahnya umur maka semakin memberi kesadaran seseorang untuk peduli dengan yang lain. Pada faktor status pernikahan, nikah dan tidak nikahnya seorang muslim berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku berdonasi seorang muslim. Temuan ini hanya terjadi pada muslim Indonesia keseluruhan dan muslim NU nahdlatul ulama. Sementara pada muslim muhammadiyah dan muslim ormas lainnya berpengaruh tidak signifikan terhadap perilaku charity . 2. Persentase Persebaraan Pekerjaaan Muslim Muhammadiyah Mahasiswa Wirausaha Pensiunan Pegawai SwastaIbu Rumah Tangga Professional PNS Lainnya 90 Asyafina Journal Jurnal Akademik Pesantren, Volume 1, No. 3, Februari 2022, pp. 79-92 Temuan ini bertentangan dengan penelitian Arsyianti & Kassim, 2016, menurut Arsyianti & Kassim, 2016 menyatakan bahwa status pernikahan memiliki hubungan negatif terhadap perilaku charity seseorang, namun temuan ini tidak signifikan secara statistic. Pada faktor tingkat pendidikan, lama seorang muslim menempuh pendidikan ternyata berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku charity seorang muslim, semua model menunjukkan secara signifikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin meningkatkan tingkat charity , Bukan hanya muslim salah satu inisiasi ormas aja namun semua muslim ormas di Indonesia. Temuan ini sejalan dengan Amanta et al., 2014; Arsyianti & Kassim, 2016; Mocan & Tekin, 2007 yang menyatakan bahwa peningkatan lama pendidikan sesorang secara signifikan akan menambah kepedulian mereka untuk berperilaku charity kepada yang lain. Pada faktor debt per income ini menunjukkan hubungan positif terhadap tingkat alokasi charity seorang muslim. Pada temuan ini terjadi signifikan hanya pada model 1 dan model 2. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat hutang seseorang akan membuat mereka untuk peduli untuk berdonasi. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Arsyianti & Kassim, 2016 yang menyatakan bahwa debt per income memiliki hubungan positif secara signifikan dengan perilaku charity Pada faktor religiusitas terdapat hal yang menarik, pada kasus ini tingkat religiusitas memiliki hubungan positif terhadap tingkat charity pada model estimasi muslim, kecuali pada muslim muhammadiyah, berhubungan positif secara signifikan terjadi pada model 2 sedangkan yang lain tidak signifikan berpengaruh perilaku charity , lalu pada muslim muhammadiyah berhubungan negatif tidak signifikan, menurut hasil survey lazis muhammadiyah tahun 2015 sekitar 2,4 % responden berpendapat bahwa agama bukan faktor yang sangat penting dalam berkehidupan di dunia ini karena mereka lebih melihat aspek lain dari kehidupan di luar agama yang mempengaruhi sikap mereka dalam berderma. Mereka yakin bahwa dengan melakukan program berderma akan mendapatkan kepuasan batin. Bila kepuasan batin sudah terpenuhi maka mereka akan meningkatkan jumlah donasinya. Dengan demikian, hal ini mengisyaratkan bahwa tradisi berderma umumnya masih terbentuk oleh subjektivitas psikologis dari para dermawan, khususnya terkait dengan kepuasan batin. Sedangkan alasan mengapa hubungan religiusitas muslim nu dan perilaku charity positif secara signifikan adalah menurut hasil survei alvara di jawa timur yang mayaoritas adalah muslim NU menyatakan sebanyak 96,2% bahwa muslim NU masih mempertahankan ritual keagamaan tahlilan, yasinan, dan manaqib dan lain-lain, dimana pada acara tersebut memberikan peluang kepada jamaah untuk menyumbangkan sebagian rezekinya kepada sesama. Temuan ini selaras dengan hasil penelitian Arsyianti & Kassim, 2016 yang menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh secara positif terhadap tingkat charity seseorang. Sementara menurut Mocan & Tekin, 2007 menyatakan bahwa seseorang yang tidak memiliki agama berhubungan negatif terhadap perilaku donasi, sedangkan hasil penelitian Amanta et al., 2014 faktor keimanan memiliki hubungan negatif secara tidak signifikan terhadap perilaku charity seseorang. Muhammad Abdul Rohman, Dendy Herdianto, Nurita Afridiana Habluminallah and Habluminannas Perilaku Charity antara Muslim Nahdlatul Ulama And Muhammadiyah KESIMPULAN Dari hasil penelitian, Jenis kelamin berpengaruh negatif secara signifikan terhadap jumlah charity . Muslim laki-laki cenderung akan mengurangi jumlah charity secara tidak signifikan dari pada perempuan, kecuali pada model muslim lainnya justru perempuan secara signifikan menambah perilaku charity. Faktor status pekerjaan formal dan non formal berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah alokasi charity muslim. Pada model 1, 2 dan 4 ini menunjukkan hubungan positif terhadap perilaku charity seorang muslim, namun model 4 ini secara tidak signifikan berpengaruh positif terhadap perilaku charity. Sedangkan untuk model 3 menunjukkan hubungan negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah alokasi charity. Untuk faktor umur menunjukkan hubungan positif terhadap perilaku donasi muslim. Sedangkan status pernikahan, nikah dan tidak nikahnya seorang muslim berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku berdonasi seorang muslim. Temuan ini hanya terjadi pada muslim Indonesia keseluruhan dan muslim NU nahdlatul ulama. Sementara pada muslim muhammadiyah dan muslim ormas lainnya berpengaruh tidak signifikan terhadap perilaku charity. Pada faktor tingkat pendidikan, lama seorang muslim menempuh pendidikan ternyata berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku charity seorang muslim, semua model menunjukkan secara signifikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin meningkatkan tingkat charity, Bukan hanya muslim salah satu inisiasi ormas aja namun semua muslim ormas di Indonesia. Pada faktor debt per income ini menunjukkan hubungan positif terhadap tingkat alokasi charity seorang muslim. Pada temuan ini terjadi signifikan hanya pada model 1 dan model 2. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat hutang seseorang akan membuat mereka untuk peduli untuk berdonasi. Pada faktor religiusitas tingkat religiusitas memiliki hubungan positif terhadap tingkat charity pada model estimasi muslim, kecuali pada muslim muhammadiyah, berhubungan positif secara signifikan terjadi pada model 2 sedangkan yang lain tidak signifikan berpengaruh perilaku charity Sebaiknya pihak –pihak yang terlibat di dalam penelitian ini baik pemerintah maupun ormas-ormas yang ada di Indonesia untuk memperhatikan variabel manakah yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi perilaku charity seseorang sehingga dana sosial yang terkumpul di dalam masyarakat bisa fokus terhadap faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap tindakan seseorang dalam berderma saja. Untuk faktor yang memiliki tingkat signifikansi rendah atau bahkan negatif sebaiknya tidak menjadi prioritas utama. Ormas-ormas yang ada di Indonesia baik NU, Muhammadiyah, maupun ormas lainnya, memahami secara baik manakah potensi yang dapat dikembangkan dari tingkat literasi masyarakat terhadap ormas yang bersangkutan. Sehingga hasil yang dirasakan juga dapat lebih efektif. DAFTAR PUSTAKA Alhasanah, I. M. 2011. Pemilihan Tempat Membayar Zakat Studi Kasus Kabupaten Brebes . Ali, H., & Purwandi, L. 2017. Indonesia Middle class Muslim. Tebet, Jakarta selatan. 92 Asyafina Journal Jurnal Akademik Pesantren, Volume 1, No. 3, Februari 2022, pp. 79-92 Amanta, M. V., Rindayati, W., & Arsyianti, L. D. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Infak Rumah Tangga Studi Kasus di Desa Pasir Eurih , Kecamatan Tamansari , Kabupaten Bogor Analysis of Factors Affecting the Charity Allocation of Household Case Study in Pasir Eurih Village , Tamansari. Jurnal Al-Muzara’ah, 21, 35–48. Arsyianti, L. D., & Kassim, S. 2016. Regular charity giving behaviour among low- income households in Indonesia. Intellectual Discourse, 124, 133–156. Retrieved from Khanna, J., Posnett, J., & Sandler, T. 1995. Charity donations in the UK New evidence based on panel data. Journal of Public Economics, 562, 257–272. lazismu. 2017. Outlook Lazismu 2017, Optimalisasi Zakat menuju Indonesia Berkemajuan lazismu. Retrieved September 16, 2017, from Lazizmu. 2015. Perilaku Dan Potensi Filantropi Warga Muhammadiyah Survei di 11 Kota Besar di Indonesia . Mocan, N., & Tekin, E. 2007. The determinants of the willingness to donate an organ among young adults evidence from the United States and the European Union. Social Science & Medicine 1982, 6512, 2527–38. Nusya, A. 2017. Pengumpulan Dana Sosial Via Online Berkembang di Indonesia. Retrieved September 16, 2017, from Mustika IriantiSiti Fatihaturrahmah Al. JumrohThe purpose of this study is to evaluate the Muhammadiyah people's altruism and generosity during the Covid-19 pandemic in the Sorong district using Lazismu. In this case, one of the Muhammadiyah Amil Zakat and Alms Institutions, often referred to as Lazismu, has been instrumental in raising locals' knowledge of the need of dispersing aid from zakat and alms. Despite Lazismu's zeal for carrying out its operations, there are still many Muhammadiyah members' support mechanisms for other Muhammadiyah members that need to be scrutinized, since they haven't entirely made room for Lazismu to function effectively. This study's implementation took place at Lazismu, Sorong Regency. Sources of data were obtained from Muhammadiyah members who contributed to Lazismu. The method used is the qualitative method. Researchers see the existing phenomena related to the generosity of Muhammadiyah residents through Lazismu. Based on the results of research and data analysis conducted, it can be concluded that the level of generosity through Lazismu is very untuk menyelenggarakan penelitian survei ini muncul sejak beberapa tahun silam seiring dengan semakin berkembangnya Lazismu sebagai amil zakat di pentas nasional. Sebagai sebuah lembaga amil zakat nasional yang sudah berdiri lebih dari satu dasawarsa, yaitu sejak tahun 2002, Lazismu telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, setidaknya bila ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek jejaring kelembagaan dan aspek model manajemen can a person in financial difficulty solve his problems? Islam gives the paradoxical solution of giving charity the more you give, the more you get. Low-income earners should be encouraged to give charity as a means to free themselves from financial difficulties. This paper investigates the charity giving behaviour of low-income groups using an empirical study of factors affecting their regular charity giving. A total of 101 low-income households with monthly incomes of around USD80 in Jakarta were interviewed using the administered questionnaire approach. The data were analysed using logistic regression. The results highlight specific factors that significantly influence regular charity giving behaviour among the low-income households in Indonesia. This study hopes to provide important inputs to the relevant authorities and society on how to educate low-income households to manage their financial Mocan Erdal TekinThe total value of life lost due to death because of waiting for an organ transplant was close to $5 billion in 2006 in the United States, and the excess demand for organs has been increasing over time. To shed light on the factors that impact the willingness to donate an organ, we analyze individual-level data from the United States and the European Union collected in 2001-2002. The rate of willingness to donate an organ is 38% among young adults in the US, and it is 42% in Europe. Interesting similarities emerge between the US and Europe regarding the impact of gender, political views and education on the willingness to donate an organ. In the US, Blacks, Hispanics and Catholics are less likely to donate. In Europe, individuals who reveal that they are familiar with the rules and regulations governing the donation and transplantation of human organs are more likely to donate. In both data sets, individuals who had some encounter with the health care sector-either through a recent emergency room visit in the US, or perhaps because of a long-standing illness in the EU, are more likely to become organ donors. Mother's education has a separate positive impact. These results point to some avenues through which organ donation propensities can be enhanced and organ shortages can be Middle class MuslimH AliL PurwandiAli, H., & Purwandi, L. 2017. Indonesia Middle class Muslim. Tebet, Jakarta donations in the UK New evidence based on panel dataJ KhannaJ PosnettT SandlerKhanna, J., Posnett, J., & Sandler, T. 1995. Charity donations in the UK New evidence based on panel data. Journal of Public Economics, 562, 257-272. Dana Sosial Via Online Berkembang di IndonesiaA NusyaNusya, A. 2017. Pengumpulan Dana Sosial Via Online Berkembang di Indonesia. Retrieved September 16, 2017, from

kata mutiara habluminallah habluminannas